Ahh, Gundah itu...

July 20, 2014


Katakan kepada semesta dosa mana yang tak datangkan gelisah. Gelisah yang berkecamuk di hati, semua menjadi serba tak tenang. Bahkan, ketika sujud menghamba kepadaNya pun hati ini tetap saja gelisah. Entah, terjebak di labirin mana hingga semua terasa begitu gelap. Jalan keluar tak mampu diraba, dimana? Berapa lama lagi bisa keluar dan selamat dari kengerian labirin. Semua terasa gelap. Kesulitan menemukan arah keluar, dosa-dosa telah membawa kea alam yang tak mampu dihadang lajunya. Dosa setahun lalu, dosa beberapa bulan lalu, dosa hari ini, hingga dosa detik ini. Dosa yang besar yang bahkan tak sanggup dibayangkan seberapa ganasnya dosa tersebut dapat menyeret kedalam lubang hitam bernama neraka. Dosa-dosa kecil yang tak sengaja diperbuat, entah acapkali sengaja di lakukan.
            Sampaikan kepada angin, siapa yang tak ingin dosanya terbang melayang jauh. Layaknya angin yang terbang melanglang buana, membawanya jauh. Menghilang dari ingatan, dan mungkin lari dari kenyataan. Katakan, siapa yang hidupnya tak pernah berbuat dosa. Sungguh kemunafikan demi kemunafikan meliputi hidup kita di dunia. Rasa apa ini? Kekhawatiran akan dunia, hingga melupakan akhirat. Berbagai cobaan yang Tuhan hadirkan, melenakan. Terseret dalam kelenaan yang telah Tuhan hadirkan. Harta, Kedudukan, Cinta membuat terseret arus duniawi. Melupakan akhirat sebagai tujuan utama dari perjalanan hidup. Dunia yang hanya menjadi tempat singgah, layaknya sebuah halte bus. Bus jurusan mana yang akan kita pilih, hanya ada dua pilihan yang pasti. Neraka atau Surga? Api yang panas atau Air yang sejuk.
            Kepada dunia yang selama ini didiami. Manusia ini serasa begitu gunda gulanda. Apa-apa tak menjadikannya berarti, semakin terperosok dalam jurang ketidaknyamanan. Zona ketidak tenangan, kehidupan menjadi momok untuk di lanjutkan perjalanannya. Manusia ini tahu dan paham, Tuhannya Maha Pengampun dosa, segala dosa. Namun, hati tetap saja gelisah. Hidup tak tenang, tidurpun tak lelap. Bayangan demi bayangan akan dosa berseliweran di kepala. Di setiap sendi otak, tanpa terkecuali. Manusia ini membutuhkan pijakan untuk berdiri, membutuhkan sandaran untuk bersandar sejenak menumpahkan seluruh resah dunia dan dosa. Airmata yang luruh dari kedua mata ini mungkin tak akan pernah mampu membasuh dosa yang telah melumuri hati dan jiwa.

Echi Sianturi

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate